Selasa, 01 Juli 2008

Dilematis

Sekelompok anak kecil sedang bermain
di dekat dua jalur kereta api. Jalur
yang pertama adalah jalur aktif (masih
sering dilewati KA), sementara jalur
kedua sudah tidak aktif. Hanya seorang
anak yang bermain di jalur yang tidak
aktif (tidak pernah lagi dilewati KA),
sementara lainnya bermain di jalur KA
yang masih aktif.

Tiba-tiba terlihat ada kereta api yang
mendekat dengan kecepatan tinggi.
Kebetulan Anda berada di depan panel
persimpangan yang mengatur arah KA
tersebut. Apakah Anda akan memindahkan
arah KA tersebut ke jalur yang sudah
tidak aktif dan menyelamatkan sebagian
besar anak kecil yang sedang bermain.
Namun hal ini berarti Anda
mengorbankan seorang anak yang sedang
bermain di jalur KA yang tidak aktif.
Atau Anda akan membiarkan kereta
tersebut tetap berada di jalur yang
seharusnya?

Mari berhenti sejenak dan berpikir
keputusan apa yang sebaiknya kita
ambil.

Sebagian besar orang akan memilih
untuk memindahkan arah kereta dan
hanya mengorbankan jiwa seorang anak.
Anda mungkin memiliki pilihan yang
sama karena dengan menyelamatkan
sebagian besar anak dan hanya
kehilangan seorang anak adalah sebuah
keputusan yang rasional dan dapat
disyahkan baik secara moral maupun
emosional.

Namun sadarkah Anda bahwa anak yang
memilih untuk bermain di jalur KA yang
sudah tidak aktif, berada di pihak
yang benar karena telah memilih untuk
bermain di tempat yang aman? Di
samping itu, dia harus dikorbankan
justru karena kecerobohan teman-
temannya yang bermain di tempat
berbahaya.

Dilema semacam ini terjadi di sekitar
kita setiap hari. Di kantor, di
masyarakat, di dunia politik dan
terutama dalam kehidupan demokrasi,
pihak minoritas harus dikorbankan demi
kepentingan mayoritas. Tidak peduli
betapa bodoh dan cerobohnya pihak
mayoritas tersebut. Nyawa seorang anak
yang memilih untuk tidak bermain
bersama teman-temannya di jalur KA
yang berbahaya telah dikesampingkan.
Dan bahkan mungkin tidak kita tidak
akan menyesalkan kejadian tersebut.

Seorang teman berpendapat bahwa dia
tidak akan mengubah arah laju kereta
karena dia percaya anak-anak yang
bermain di jalur KA yang masih aktif
sangat sadar bahwa jalur tersebut
masih aktif. Akibatnya mereka akan
segera lari ketika mendengar suara
kereta mendekat. Jika arah laju kereta
diubah ke jalur yang tidak aktif maka
seorang anak yang sedang bermain di
jalur tersebut pasti akan tewas karena
dia tidak pernah berpikir bahwa kereta
akan menuju jalur tersebut. Di samping
itu, alasan sebuah jalur KA
dinonaktifkan kemungkinan karena jalur
tersebut sudah tidak aman. Bila arah
laju kereta diubah ke jalur yang tidak
aktif maka kita telah membahayakan
nyawa seluruh penumpang di dalam
kereta. Dan mungkin langkah yang telah
ditempuh untuk menyelamatkan
sekumpulan anak

dengan mengorbankan seorang anak, akan
mengorbankan lagi ratusan nyawa
penumpang di kereta tersebut.

Kita harus sadar bahwa HIDUP penuh
dengan keputusan sulit yang harus
dibuat. Dan mungkin kita tidak akan
menyadari bahwa sebuah keputusan yang
cepat tidak selalu menjadi keputusan
yang benar.


God Bless U

Tidak ada komentar: